Senin, 28 Januari 2013

My favorite flower is Rose


KESALAHAN

Aku selalu merasa apa yang aku lakukan ini adalah benar. Benar dalam artian aku memang menginginkanya. Tapi akhir-akhir ini aku selalu ragu dengan kebenaran yang aku percaya selama ini.
Selama aku menjadi bagian dari hidupnya, aku tak pernah melihatnya tersenyum sebahagia saat ini. saat ia memandang wanita yang duduk bersama dengan suaminya di depan kami saat ini. Aku bukanya pura-pura tak tau dengan hanya diam dan mengabaikannya, aku hanya tak ingin percaya bahwa dia hanya dapat tersenyum bahagia saat memandang wanita ini.
Jadi aku hanya mencoba percaya pada yang aku percayai selama ini, bahwa
Daniel mencintaiku.
-000-
Aku bersumpah bahwa baru kali itu aku melihat wajah setampan dia. Daniel Morgan yang sedang berjalan dengan kakakku, Rose William. Saat itulah aku berkenalan denganya. dia setahun di atasku, sekelas dengan dengan Rose yang saat itu menduduki kelas dua menengah. Dia adalah anak tunggal dari keluarga kaya raya. Dan karena semua kesempurnaan yang ia punya itulah, tanpa aku sadari, aku mulai jatuh cinta padanya.
Semakin hari aku semakin akrab denganya. Apalagi ia sering berkunjung kerumah kami karena alasan mengerjakan tugas sekolah bersama kakakku.
Kami –aku dan Daniel- sering bicara berdua saat Rose kebetulan sedang keluar dan ia kebetulan juga sedang berkunjung kerumah kami. Dari seringnya kami berbicara berdua itulah, ia mulai berani mengatakan perasaannya yang sebenarnya padaku, bahwa selama ini ia mencintai kakakku. Ia sudah mencintai Rose sejak pertama kali mengenal Rose di sekolah menengah pertama –sekedar info bahwa aku tak sekolah di sekolah yang sama dengan Rose ketika SMP-. Dia juga meminta bantuanku untuk mendapatkan Rose.
Aku marah, cemburu dan kecewa.
Dan apakah kalian tahu? Bahwa seseorang yang sudah terbakar cemburu akan melakukan apa saja untuk mendapatkan yang ia cemburui.
Maka akupun menyiyakan permintaannya.
-000-
“Kapan kalian kembali? Mengapa tak mengabari kami?” tanya wanita di depanku ini dengan senyum, kepadaku.
Cih. Aku membenci senyummu itu kau tahu. Senyum menjijikkan yang seolah-olah mengatakan bahwa kau adalah orang yang paling suci di dunia. Padahal kau adalah orang paling buruk yang pernah ku kenal. Iblis berwajah malaikat. Aku membencimu.
Aku membencimu.
“seminggu yang lalu. Maaf tak mengabari kalian, tapi kami sudah mengabari Mom dan Dad.” Jawabku sambil tersenyum palsu.
Wanita itu kembali tersenyum menjijikkan, senyuman yang dapat membuat aku muntah.
“ku kira kalian tak kan kembali Lil’s. sejak kalian bilang pada kami bahwa kalian akan menetap di Paris, kalian tak pernah lagi memberi kabar pada kami.” Kali ini Peter, suami dari wanita yang kubenci itu yang berbicara.
Aku tersenyum kembali.
“bagaimana di Paris?” wanita itu lagi yang bertanya.
“Fantastis.” Daniel menjawab dengan antusias. Terlalu antusias malah. “kau tahu? Disana sangat indah. Kami bisa memandangi menara ieffel setiap harinya.” Lanjutnya.
Wanita itu tersenyum lembut pada Daniel. Dan Daniel membalasnya, dan aku mulai tak suka dengan keadaan seperti ini.
-000-
Sejak aku menyiyakan permintaannya, aku selalu gelisah. Aku merasa menjadi orang yang bodoh. Bagaimana mungkin aku bisa sampai tidak tau bahwa ia mencintai Rose. Aku harus melakukan sesuatu.
Maka malam itu aku melakukannya. Aku pergi kekamar Rose dan menanyakan padanya apakah ia mencintai Daniel. Dengan tersipu malu ia menjawab bahwa ia mencintai Daniel. Aku shock mendengarnya, namun aku segera memasang kembali ekspressi datarku. Dengan dingin aku menyuruhnya untuk menjauhi Daniel, aku berbohong padanya, bahwa Daniel mencintaiku, kami sudah menjalin hubungan selama seminggu ini.
Rose terlihat terkejut dan kecewa, namun sedetik kemudian dia tersenyum dan mengatakan padaku bahwa ia ikut bahagia dengan hubungan kami.
-000-
Kami ber-4 sedang menikmati makan siang kami ketika mata Daniel menangkap bunga mawar yang sedang di pajang di toko bunga depan restaurant yang kami tempati untuk makan siang bersama.
Ia menunduk dan tersenyum. Tak ada yang menyadari sikap Daniel, kecuali aku. Ya aku memang selalu mengetahui gelagatnya itu.
Gelagatnya yang selalu aneh jika behubungan dengan bunga mawar.
Opsesi berlebihannya terhadap bunga mawar.
-000-
Aku berkata padanya bahwa Rose tidak mencintainya ia mencintai pria lain. Daniel telihat kecewa dengan perkataanku. Dan aku berusaha menjelaskan padanya bahwa ada gadis lain yang menantinya, yang mencintainya dengan tulus, yang dapat membahagiakannya. Awalnya ia masih tetap saja terpuruk, bahkan tak mau berkunjung kerumahku lagi.
Daniel menghindariku, tepatnya menghindari Rose
Namun lama-kelamaan ia mau juga bicara denganku, itupun jika Rose sedang tidak ada bersamaku. Tentu saja itu membuatku senang. Ia memilih untuk bicara padaku dan tidak memerdulikan Rose.
Akhirnya kamipun menjalin hubungan.
Dan aku masih ingat bagaimana Rose memutuskan berlibur kerumah nenek yang ada di Australia untuk menangis sejadi-jadinnya, menyesali mengapa harus aku yang bersama dengan Daniel.
-000-
Entah mengapa, semakin lama aku berada di tempat ini, aku semakin merasa bahwa Daniel masih mencintai Rose.
Tidak.
Lily, kau tidak boleh berpikiran seperti itu. Ia sudah menjadi milikmu sekarang.
Dan itu tak akan pernah berubah. Tidak akan pernah.
“ohya, aku dan Peter sudah memutuskan untuk meninggalkan Inggris dan menetap di Milan. Peter yang menginginkannya.” Ujar wanita itu dengan sumringah.
“aku hanya ingin segera punya anak. Dan menurutku suasana di Milan akan sangat mendukung.” Timpal Peter dengan senyum, sementara wanita di sebelahnya sudah menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah.
Aku berusaha untuk tidak muntah saat itu juga, maka aku putuskan untuk tersenyum. Daniel yang berada di sampingku juga tersenyum. Tapi bedanya ia tersenyum miris dan lagi-lagi hanya aku yang menyadarinya.
-000-
Aku masih ingat ketika Daniel menangis. Ia duduk di bangku taman dan memeluk pinggangku. Aku berdiri di sebelahnya saat itu.
Saat itulah aku pertamakali melihatnya hancur seperti itu. Ia bahkan menangis tersedu-sedu, menghiraukan sekelilingnya. Ia bahkan tak menagis saat mengetahui aku kecelakaan dan dalam keadaan kritis beberapa bulan lalu. Lalu, mengapa saat ini ia menangis dan hancur seperti ini?
Bukannya aku tak tau alasan mengapa Daniel menangis. Namun aku memang tak ingin mengetahuinya.
Bahwa Daniel menangis di hari pernikahan Rose.
Menangisi kepergian cintanya.
-000-
Aku kira semua itu sudah lewat. Maksudku, aku sudah menjalani hariku bersamanya lebih dari 9 tahun. 5 tahun menjadi pacarnya, 3 tahun menjadi tunangannya dan 2 tahun menjadi istrinya.
Dan ku kira waktu sepanjang itu sudah cukup membuat Daniel jatuh cinta padaku.
Namun tetap saja, aku tidak bisa memaksakan hatinya bukan?
-000-
Aku juga melihat Rose menangis di hari pernikahannya.
Aku mengatakan pada Rose, bahwa inilah takdir yang harus ia jalani, ia harus menerima semua ini. seberapapun ia tak menginginkannya. Namun Rose dengan tegas menjawab bahwa ia menginginkan ini.
Aku tau Rose berbohong, namun aku diam saja. Tak ingin jika Rose nanti berubah pikiran.
Dan saat itulah aku merasa puas, aku menang.
Akhirnya aku yang menang kan?
-000-
Kami pulang kerumah kami yang lama, sebelum pindah ke paris, setelah perjumpaan dan makan siang yang membosankan serta membuatku muak, dengan keluarga Peter.
Daniel tak berkata apa-apa saat tiba di rumah. Ia langsung masuk ke ruang kerjanya. Mengurung diri sampai setidaknya ia memutuskan untuk keluar sendiri.
Selalu seperti ini.
Setelah kami tidak sengaja bertemu dengan mereka.
Daniel akan mengurung diri di ruang kerjanya. Melamun sampai keesokan harinya, atau memandangi bunga mawar yang selalu ada di ruangannya. Kemudian, jika ia sudah tenang, ia akan keluar dan langsung pergi kerja. Tanpa pamit kepadaku atau memakan sarapannya.
Dan aku selalu berakhir seperti ini. menangis di ruang tamu semalaman seperti orang bodoh.
Padahal aku selalu meyakinkan pada diriku sendiri bahwa Daniel mencintaiku. Namun karna sikapnya padaku selamanya ini, aku jadi ragu.
Aku selalu mengingat perkataannya saat sebelum kami mengikat janji.
Dan aku juga mendengar dia menggumamkan sesuatu tadi saat Peter dan istrinya berlalu pergi meninggalkan kami di Restaurant.

Apa aku harus selalu menjadi seperti ini? menangisi kebodohanku sendiri? Aku menginginkan ini. tapi bukan berarti aku harus selalu terluka. Tuhan, apakah yang aku lakukan selama ini salah?
.
.
.
.
“aku menyukai bunga mawar, Lil’s. jadi aku harap kau membawa bunga mawar nanti saat kau berjalan di altar.”
.
.
.
.
“aku mencintaimu, Rose.”




The End

0 komentar:

Posting Komentar

 
RUN AWAY Blogger Template by Ipietoon Blogger Template