Senin, 22 September 2014

Hampa

HAMPA
By
Yaya Chocho Brown
Sekuel Kesalahan
.

Dia masih berdiri disana. Terus disana dan akan tetap disana. Tak peduli pada fakta bahwa ia masih punya seseorang yang menunggunya disini. Tak peduli bahwa aku membutuhkannya disini. Tak peduli bahwa buah cinta kami sudah mengerti arti sebuah kasih sayang. Ia akan tetap disana. Memandang seseorang yang seharusnya ia buang jauh-jauh dari fikirannya. berharap bahwa seseorang itu akan kembali padanya.
-000-
daniel masih memandang wajah mungil nan imut itu yang saat ini ada di pangkuannya dengan datar tanpa ekspressi. Orang tua, mertua, dan kakaknya sudah tertawa bahagia sejak si kecil berhasil muncul di dunia ini.
Alex wood.
Anaknya dengan lily.
Ia mempunyai seorang anak sekarang. Ia menjadi seorang ayah. Tidakkah ia senang? Tidakkah ia bahagia?. Tidak. Ia merasa kebas sekarang. Bahkan wajah imut anaknya tidak mampu mengurangi rasa kebasnya. Dan ia juga menyadari ada rasa sakit juga di dalamnya.
-000-
lily berusaha untuk menahan tangisannya di depan keluarganya saat ini. ia bukannya menyesal melahirkan Alex wood.
Anaknya dan daniel.
Tapi, jika melihat ekspressi daniel saat ini, ia lebih memilih untuk mati saja. Untuk apa melahirkan anak yang bahkan suaminya saja tak bahagia akan hal itu. Bodoh bukan?
Ya. lily merasa menjadi wanita paling bodoh di dunia.
-000-
“Alex wood akan langsung terdaftar sebagai pewaris utama kekayaan Uchiha yang seharusnya menjadi jatah daniel.” Ucap Bryan wood, ayah dari daniel.
“itu bagus. Aku setuju, iya kan daniel?” tambah Sara Wood dengan mata berbinar bahagia. Ia memang sudah lama mengharapkan cucu dari anak sulungnya tersebut. Dan setelah menunggu lebih dari dua tahun akhirnya muncul juga apa yang di harapkannya selama ini.
“Hn.” Respon daniel dingin.
Selalu seperti ini. lily sudah menduga akan seperti apa respon daniel. Bahkan saat lily memberi tau suaminya tersebut bahwa ia hamil, respon suaminya sudah sangat dingin. Tidak ada kata-kata bahagia atau kecupan kasih sayang yang di berikan padanya. Yang ada hanyalah gumaman ‘hn’ dan berlalunya daniel.
Tiba-tiba pintu kamar lily terbuka, dan di susul dengan munculnya rose dan peter dari sana.
lily menatap daniel dengan tegang.
daniel menatap rose dengan pandangan lembut dan penuh kerinduan.
Dan akhirnya air mata yang sedari tadi di tahan lily meluncur juga dari sepasang mata indahnya. Tapi lily segera menghapus air matanya sebelum yang lain menyadari bahwa ia menangis.
“maaf kami terlambat. Ada sedikit urusan yang harus kami tangani terlebih dahulu.” Jelas rose pada Semuanya. Kemudian ia terkejut-atau berpura-pura terkejut-saat menyadari bayi mungil yang ada di gendongan daniel.
Ia menghampirinya dan mengelus pipi tembem Alex dan tersenyum tulus. daniel juga tersenyum –benar-benar tersenyum-.
Yang pertama untuk dua tahun ini.
“ia tampan. Mirip denganmu, daniel.” Ucap rose tulus.
“terima kasih.” Jawab daniel.
Demi Tuhan. lily lebih memilih untuk mencopot bola matanya sendiri dari pada melihat pemandangan seperti ini. mereka-daniel, rose dan Alex- terlihat seperti satu keluarga utuh yang bahagia. Melupakan fakta bahwa lily lah yang harusnya ada disana, lilylah ibu dari bayi itu. Bukan rose.
-000-
Setelah semua keluarganya pulang, keadaan berubah menjadi seperti biasanya di antara lily dan daniel. Dingin dan Hampa.
lily yang sedang menggendong Alex di tempat tidurnya, berusaha sekeras mungkin untuk tidak histeris menyadari  keadaan keluarganya yang menyedihkan. Dia mengigit bibir bawahnya keras.
Dilihatnya daniel masih duduk tenang di sofa yang tadi di duduki keluarganya. Memandang datar kearah pintu yang tadi di lewati keluarnya dan keluarga daniel. Sama sekali tak berminat memandang buah hatinya yang saat ini di gendong lily.
Oh Tuhan….. aku ingin mati saja
lily histeris dalam hati.
Tiba-tiba daniel berdiri. Tanpa memandang lily, ia berlalu meninggalkan kamar lily.
“Aku sudah mengurus semuanya.” Kata daniel saat dia akan membuka pintu kamar lily. “Aku sudah menandatanganinya, tinggal kau. Dan aku akan segera mengurus sisanya. Dan untuk masalah Alex lebih baik kita serahkan saja nanti semuanya pada hakim.” Lanjutnya dan berlalu tanpa memandang lily yang sudah tak dapat mengendalikan air matanya lagi.
Tega sekali ia pada istrinya.
lily menangis lirih. Tangisan yang penuh dengan luka yang mendalam. Merangkul Alex dengan erat. Menciumi pipi tembam anaknya yang saat ini sedang tertidur pulas.
Bahkan daniel pun tak berminat mempertahankan Alex.
-00-
Seminggu sebelum proses persalinan lily. daniel mengetahui semuanya.
Semuanya.
Salahkan lily yang meletakkan buku hariannya semabarangan di sofa keluarga saat ia sedang didalam kamr mandi. Ia mengira di situ aman. Karena daniel sedang ke kantor dan suaminya itu pasti akan pulang malam mengingat jadwal seorang direktur Wood Corp memang padat. Namun semua yang di pikirkan lily salah ketika dia melihat suaminya yang sedang duduk kaku di sofa keluarga meraka. Di tangannya, tergenggam buku catatannya yang telah terbuka.
Mendadak lily merasa takut. Dia mencengkeram ujung dress hamilnya dengan kuat. Tubuhnya bergetar hebat, menahan air mata yang siap tumpah kapan saja.
Tapi daniel tidak mengatakan apa-apa setelah  itu. Dia pergi begitu saja dari rumah itu, dan tak kembali sampai hari ini -hari kelahiran Alex- dia baru muncul.
Dan itu membuat hati lily hampa.
-000-
lily masih termenung sendiri setelah dua jam kepergian daniel tadi. Alex sudah di pindahkan ke box bayi yang ada di samping ranjangnya.
Air matanya masih saja mengalir dari mata indahnya yang menatap kosong objek apapun yang ada di depannya.
Akhirnya memang harus seperti ini kan? Kenapa kau bodoh sekali lily.
Tragis.
Akhir kisah cintanya sama sekali tidak seperti yang ia harapkan. Semuanya hancur hanya karena kebodohannya.
Ia memang bodoh.
Aku ingin mati saja.

-000-
.
.
.
.
Sabtu, 29 Maret 2011
Akhirnya aku yang menang kan, rose?
Aku memang pantas mendapatkannya. Mengingat selama ini kau selalu saja yang mendapatkan semuanya.
Kasih sayang Mom dan Dad, sahabat yang menyayangimu, bahkan daniel.
Aku tak akan menyesal dengan semua yang telah aku lakukan ini.
Aku pantas mendapatkannya.
Ya, pantas.
Kau bodoh rose. Kau bodoh karena tak mau mengakui perasaanmu pada daniel. Jadi bukan salahku kan mengatakan semua itu kepada daniel. Lagi pula kau masih punya peter. Jadi berbahagialah dengan peter –atau mungkin menderita?-
Aku tak akan menyesal.
Ya, aku menang.

-000-
The End

0 komentar:

Posting Komentar

 
RUN AWAY Blogger Template by Ipietoon Blogger Template